Tuesday, October 8, 2013

7 belenggu hati

7 belenggu hati

7 belenggu hati :
1. PRASANGKA NEGATIF
2. PRINSIP HIDUP
3. PENGALAMAN
4. KEPENTINGAN
5. SUDUT PANDANG
6. PEMBANDING
7. LITERATUR
Prasangka negatif membelenggu cara berfikir kita. Apabila prasangka negatif tidak diklarifikasi, ditambah dengan emosi dan informasi yang menyesatkan, maka timbullah stigma dan kesimpulan sendiri yang akan cendrung tidak akurat atau bias.
Bila ada keraguan dalam bersikap,dan berprasangka pada orang lain. kemudian dipertanyakan sendiri, dijawab sendiri , dan diambil kesimpulan sendiri… hal ini sangat berbahaya…. karena bisa menjadi fitnah bagi orang lain yang kita ragui…
Prinsip hidup kita perlu diekslorasi dan diupdate setiap saat. Apakah prinsip hidup yang kita pegang dapat merugikan orang lain. Apakah prinsip yang kita pakai masih relevan untuk saat ini ? Tapi bukan berarti kita tidak boleh berprinsip dalam hidup, tapi perlu dijalankan dengan positif tanpa berjibaku bahwa kita adalah selalu jadi orang benar.
Pengalaman adalah hal yang sangat berharga dan ” it’s the best teacher”. Tapi pengalaman yang kita dapat janganlah menjadi belenggu terhadap penerimaan kebenaran di sekeliling kita. Pengalaman yang kita dapat adalah referensi berfikir logik, bukan untuk membenarkan akal dan fikiran kita yang akan membuat belenggu dan tak mampu melihat secara jernih.
Aksi adalah fungsi kepentingan. Orang berbuat pasti karena ada faktor kepentingan. Itu tidak dapat dibantah. Tapi kepentingan yang berkeliaran di seputar kita akan bersangkut paut dengan kepentingan orang lain dan kita. Demi kepentingan kita janganlah kita merugikan orang lain. Kalau kita butuh ketengan, orang lainpun pasti butuh ketenangan. Kita tidak perlu mengusik ketengan orang lain atau merugikan orang lain karena kepentingan kita. Ambisi dan kepentingan sendiri yang diperjuangkan tanpa memikirkan orang lain adalah ketidak-elokan ethika dan integritas pribadi yang telah membelenggu hati nurani.
Suatu objek apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda pasti akan merobah bentuk dalam artian cara memandang. Tetapi sesungguhnya objek yang sama tidaklah berobah wujud, melainkan hanya berobah bentuk dari engel-engel cara memandang. Betapapun bagusnya sebuah sepeda motor yang baru…. tapi kalau engelnya (titik fokusnya) pada satu titik saja dan dilihat dari dekat tanpa melihat secara konprehensif, maka sepeda motor itu akan bisa terlihat hitam, kelam, berbau tidak sedap, kenapa ? Karena kita telah melihat sepeda motor itu dari “kanderpot” atau tempat pembuangan emisinya saja.
Membuat perbadingan itu perlu untuk memperkuat daya saing positif demi kemajuan dorongan pribadi yang tangguh (personal mastery). Tapi bila perbandingan dilakukan demi merendahkan orang lain, melemahkan diri sendiri atau membuat suasana apatis, itu perlu dikaji ulang. Bahwa sesungguhnya perbandingan yang kita lakukan telah membelenggu hati nurani kita.
Literatur adalah bahan pengaya wawasan dan sistem thinking. Tapi tidak semua literatur harus ditelan mentah-mentah. Ada literatur yang bisa dijadikan wacana, ada yang bisa dipedomani, ada yang mesti diterapkan dalam kehidupan. Dalam keseharian, kita sering mendapat literatur dari isue dari mulut-ke-mulut. Lalu tanpa kita saring dan ditelan mentah-mentah, maka dia akan jadi api yang membakar apa saja yang ada dalam benak kita, maka ia akan menghasilkan bola panas yang mungkin saja merugikan diri sendiri dan orang lain…. perlu kita pilah, mana literatur yang dijadikan wawasan, pedoman, wacana atau dioperasionalkan.
Semoga tulisan pendek ini bermanfaat dalam menyikapi kacau-balaunya suasana dalam mengambil sikap logis terhadap menilai dan bersikap terhadap orang lain. Sikap logis dan menempatkan sesuatu sesuai “maqamnya” adalah sikap orang yang mengedepankan hati nurani tanpa harus terbelenggu dengan 7 hal di atas !

No comments:

Post a Comment